Pernah Dipandang Sebelah Mata, Bisnis Cangkang Kerang Juarni Tembus Luar Negeri
PROLIFIK.ID – Bisnis kerajinan cangkang kerang saat ini bisa dikatakan tengah naik daun. Mungkin itulah yang dialami Juarni (32) warga Desa Bahonsuai, Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Tahun 2021 adalah masa keemasan untuk dirinya dalam membuka usaha kerajinan cangkang kerang yang ia beri nama Rumah Kerang Bahonsuai.
“Saya butuh delapan tahun baru bisa sampai sekarang,”aku Juarni ditemui di kediamannya, Kamis (20/1/2022).
Bisnis kerajinan cangkang kerang miliknya, telah dimulai sejak tahun 2009. Ia terinspirasi dari usaha kerajinan yang dibangun Mama Mertua, begitu ia sebut. Yang tinggal di Papua.
“Saya tujuh tahun tinggal di Papua. Mama mertua saya punya usaha kerajinan cangkang kerang dan saya sering melihat dia membuat kerajinan,”ucapnya.
Setelah itu, kembali ke kampung bersama suaminya. Juarni mulai tertarik ikut mengembangkan bisnis cangkang kerang seperti yang dilakukan Mama Mertuanya di Papua.
Tahun-tahun memulai usaha kerajinan itu, ia rajin sekali mengumpulkan kerang-kerang, tetapi ia sempat merasa kurang percaya diri, lantaran peminat kerajinan itu masih kurang. Belum lagi banyak mendengar tanggapan miring dari orang-orang di sekitarnya.
“Ada yang tidak tertarik beli alasannya di rumahnya juga ada kerang. Ada yang menilai pekerjaan saya ini bukan masa depan,”kenangnya.
Tapi, Juarni tidak mau larut dengan omongan orang. Ia tetap berkreasi dan memanfaatkan media sosial Facebook (FB) WhatsAap (WA) untuk mempromosikan produknya. Juga ikut berbagai kegiatan pemerintah seperti pameran agar produknya makin laku di pasaran.
Di Bahonsuai, kerajinan kerang pertama yang ia buat yakni kerajinan asbak dan gantungan kunci. Khusus pembuatan asbak, ia kombinasikan dengan batuan kerikil halus dan kerang-kerang yang ia pungut di pantai yang berhadapan langsung dengan tempat tinggalnya.
Pelanggannya sudah ada. Anak-anak seusia Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sering membeli hasil kerajinan Juarni. Biasanya karena tugas kerajinan di sekolah.
“Di tahun-tahun itu saya banyak santai, tidak seperti sekarang. Malah sekarang saya yang kewalahan melayani permintaan,”kata Juarni lagi.
Suatu ketika, seorang kenalannya menawarkan diri menjadi reseller untuk membantu memasarkan produksi kerajinannya di Desa Bete-bete, Kecamatan Bungku Selatan.
“Itulah awal mula kerajinan kerang saya mulai dikenal orang. Dari situ permintaan tidak pernah berhenti hingga hari ini,”ceritanya.
Selain membuka kesempatan reseller, Juarni membaca peluang pasar. Menjelang Natal tahun 2021, ia mengajak rekannya berjualan di Pasar Beteleme, Kabupaten Morowali Utara (Morut).
Ia memanfaatkan perayaan Natal untuk berdagang sekaligus memperkenalkan produk hasil kerajinannya disertai dengan membuat inovasi produk dengan menciptakan gantungan pintu khusus Natal.
Hasilnya, pembelinya banyak. Di Pasar Beteleme, ia juga membawa 20 pot bunga kerang.”Saya dengar, warga Morut kalau dekat Natal suka membeli bunga. Makannya saya jual bunga cangkang kerang di sana. Dan habis terjual,”tutur dia.
Tidak sampai di situ. Juarni juga berdagang hasil kerajinannya di Kecamatan Bahodopi yang dikenal sebagai pusat wilayah industri pertambangan. Hasilnya juga sama, semua kerajinannya laku terjual.
“Luar biasa Bahodopi. Belum cukup sejam, dagangan saya habis,”akunya lagi.
Selain berdagang secara langsung, ia juga menjual produknya secara online melalui akun Facebook miliknya Az Zahra Zharah. Berbagai produk hasil kerajinannya bisa dilihat dan dipesan sesuai selera. Mulai dari model anjing, burung hantu, tikus, tempat tisu dan masih banyak lagi.
“Jadi Alhamdulillah, hingga detik ini saya bisa berusaha dengan modal sendiri walaupun tanpa bantuan pihak manapun,”tegas Juarni.
Berkat usaha kerja kerasnya pula, ia bisa membantu keluarganya membangun rumah mereka. Ia juga bisa membeli motor. Dalam sebulan, Juarni mampu mengumpulkan uang Rp 1-3 juta tergantung permintaan.
Keuntungan tersebut akan bertambah lagi saat perayaan hari-hari besar, seperti Hari Raya Idul Fitri atau Natal. Total yang bisa ia peroleh berkisar Rp 6 juta.
Penuh Inovasi
Beberapa karyawan perusahaan industri di Morowali tercatat pernah membeli kerajinan kerang milik Juarni. Tidak terkecuali para pekerja Warga Negara Asing (WNA). Bahkan para WNA tersebut pernah membawa produksi kerajinannya sampai ke Negeri Tirai Bambu. Tiongkok. Sedangkan untuk di dalam negeri, kerajinan cangkang kerang miliknya telah sampai di Bima, Pulau Jawa dan Bali.
Soal pengiriman Juarni tidak khawatir. Ia cukup berpengalaman mengenai hal itu. Beruntung, ia punya Mama Mertua di Papua yang bisa diandalkan untuk sharing informasi seputar bisnis tersebut termaksud cara pengiriman.
“Caranya kalau mau mengirim bunga cangkang kerang, kita cukup mengisi kertas pada ruang-ruang kosong bunga. Lalu dibungkus dengan plastik dan kertas karton. Terakhir ditutup dengan kardus bekas,”jelasnya.
Kardus bekas bisa diperoleh di toko-toko kelontong terdekat. Namun perlu diperhatikan jenis kardus yang akan dipakai. Pasalnya, untuk tetap menjaga agar kerajinan kerang tetap aman dari guncangan, dibutuhkan kardus yang cukup kuat.
“Kardus gudang garam itu bagus. Teksturnya kuat. Jadi biar untuk duduk tidak mudah hancur. Jangan menggunakan kardus minuman mineral. Cepat rusak,”katanya lagi.
Namun, tidak semua pengiriman ia sanggupi. Beberapa di antaranya ada yang dibatalkan karena alasan khawatir dengan kerusakan. Tetapi, biasanya, pelanggannya memilih datang menjemput pesanannya sendiri.
“Tergantung pemesannya kalau mereka mau terima resiko juga. Tapi sejauh ini baik-baik saja,”tutur dia.
Selain membuat kerajinan kerang, Juarni juga pandai membuat bunga hias tanaman keladi (caladium) dari kantong plastik bekas, vas bunga dari batu, bunga dari sisik ikan, daun dari kain flanel, dia juga menjadi youtuber, dan membuat hiasan bunga dari buah dongkala.
Khusus hiasan bunga dari buah dongkala begitu sebutan warga Morowali. Pohon buah ini, tumbuh di tepi pantai dan dibiarkan berserakan di tanah. Di tangan Juarni, buah itu disulap menjadi bahan kerajinan yang menarik.
“Buah dongkala saya bersihkan dulu, dijemur, dikupas kemudian diamplas untuk menghilangkan kulit-kulit ari-arinya yang masih tertinggal. Kalau bentuknya sudah halus bisa dioles pakai lem fox, kemudian ditaburi dengan pasir putih atau langsung dicat.”jelasnya.
Hasilnya tampilan buah memang jadi lebih indah dan estektik. Beberapa buah dongkala hasil kreasinya tampak berwarna-warni lalu ditambahkan dengan sentuhan batang kayu. Sehingga bentuknya mirip permen lolipop. Indah dan cantik.
Biasanya, Juarni akan menyandingkan buah dongkala, bunga kerang dan daun dari kantong plastik atau daun dari kain flanel sebagai kreasi bunga sudutnya. Hasilnya lebih menarik lagi.
Untuk pembuatan daun dari kantong plastik bekas, Juarni hanya cukup menyediakan plastik bekas yang bertekstur tebal dengan berbagai warna sebagai bahan dasar kombinasi.
Kemudian plastik-plastik itu dibentuk dan diratakan dengan memakai alat setrika pakaian yang sebelumnya telah dialasi kertas.”Di masa viral-viralnya tanaman hias keladi. Pesanan kerajinan tanaman hias saya juga ikut banyak,”tutur dia.
Sedangkan untuk kebutuhan vas bunga, Juarni juga tidak perlu membelinya. Ia cukup berkreasi dengan menyusun batu kerikil halus yang ia peroleh di pantai. Lalu disusun dan dieratkan satu dan lainnya dengan lem lilin hingga bentuknya menyerupai vas bunga.
“Saya juga membuat vas bunga dari ranting-ranting pohon kering. Hasilnya juga bagus. Bahan-bahan saya banyak tersedia dari alam,”terang dia.
Sementara bahan pendukung kerajinan lainnya seperti besi, tripleks, penggantung kunci, rumput sintesis dan mata ikan dibelinya di toko dan secara online.
Untuk hiburan, Juarni mencoba peruntungan dengan menjajal profesi youtuber. Pekerjaan itu sudah dimulainya tiga tahun belakangan ini. Kontennya tidak lari dari aktivitasnya sehari-hari membuat kerajinan dan mencari kerang di hutan bakau.
Kini total jumlah subscribe pemilik nama akun Youtube ‘Handmade Juarni Arbian’ ini sudah tembus 1000 lebih orang. Dengan total tayang 30 ribu lebih. Menurut Juarni, Youtube miliknya baru akan cuan bila total penayangannya mencapai 40 ribu.
Setelah puas dengan berbagai jenis kerajinan yang ia ciptakan, Juarni juga sempat membuat bunga berbahan sisik ikan. Ide itu muncul setelah melihat sisik ikan yang cukup besar, tetapi dibuang begitu saja. Sisik ikan ia rendam dengan deterjen untuk menghilangkan bau amis, kemudian dikeringkan sebentar lalu dirangkai sampai menjadi bunga.
“Bunga sisik ikan saya laku Rp 100 ribu. Tapi untuk mencari sisik ikan besar sangat sulit sekarang,”aku dia.
Krisis Kerang
Dengan makin bertambahnya pelanggan kerajinan cangkang kerang Juarni, ia makin membutuhkan pasokan kerang lebih banyak lagi. Selama ini, ia mengandalkan kerang-kerang yang ia cari sendiri di tepi pantai. Sedangkan bahan baku kerajinan itu tidak selalu tersedia.
Kerang-kerangan di pantai hanya ada pada waktu-waktu tertentu yakni pada saat angin muson timur atau musim angin timur. Angin ini terjadi setiap enam bulan sekali dalam setahun, pada bulan April hingga Oktober. Pada musim angin ini, gelombang laut akan cukup tinggi hingga membawa kerang-kerang sampai ke daratan.
“Kalau musimnya, kerang-kerangnya naik sendiri di daratan. Jumlahnya banyak sekali. Malah terkadang, saya yang capek memungutnya,”jelas dia.
Namun, bila selesai musim angin timur, Juarni akan kesulitan mendapatkan pasokan kerang. Sehingga ia harus banyak berhemat. Ia bahkan tidak berani membuat kerajinan cangkang kerang dalam jumlah banyak, cukup tergantung dengan permintaan saja.
“Biasanya lagi saya tinggal mencari kerang di hutan bakau. Di sana kerang-kerangnya cukup besar. Tapi lokasinya juga cukup sulit. Kami pernah digigit kepiting,”ujarnya.
Saat mengikuti pameran kerajinan pada perhelatan Sombori Festival Tourism (STF) beberapa waktu lalu, seorang pengunjung asal kepulauan takjub melihat hasil kerajinan bunga cangkang kerangnya.
Kepada Juarni pengunjung tersebut berujar bahwa ia memiliki banyak kerang-kerang di kampungnya seperti yang ia buat. Di rumahnya, setelah selesai menyantap kerang, kulit kerang dibuang begitu saja.
“Di daerah kepulauan banyak kerang. Saya pernah memesan satu karung kerang dari Kecamatan Menui Kepulauan, saya hargai Rp 100 ribu per karung. Itu sangat bermanfaat untuk kelanjutan usaha saya ini,”ucap Juarni.
Secara tidak langsung, Juarni sudah menjadi pengepul kerang. Kehadiran usahanya turut serta membantu memberdayakan warga sekitar dengan membantu dirinya mengumpulkan kerang.
Seperti siang itu, seorang pria paruh baya datang membawa hampir sekarung kerang berukuran besar. Pria itu memanggil ibu tiga anak itu untuk melihat kerang hasil pencariannya. Lalu dikeluarkannya satu-persatu dari karung untuk dilihat Juarni.
“Dulu bapak itu kalau mengambil kerang hanya dibagi-bagikan ke tetangga, sekarang kerang-kerangnya diberikan ke saya. Lumayan hasilnya untuk uang rokoknya ada,”ucap dia.
Juarni punya mimpi, makin banyak warga yang bisa membantunya mengumpulkan kerang. Terutama warga pesisir yang tinggal di daerah kepulauan. Ia siap menjemput berkarung-karung kerang dengan harga pantas agar usahanya tetap berjalan. ***
Hits: 53