Bisnis dan Teknologi

Geliat Bisnis Ikan Asap di Lingkar Industri Morowali

Ikut menciptakan lapangan pekerjaan dan membuka mata pencaharian warga

PROLIFIK.ID – Mama Akbar (40) warga Desa Bahotobungku, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulteng, sesekali terlihat sibuk mengusir hewan-hewan kecil yang terbang di atas ikan asap yang ia jajakan sejak pagi hari.

“Kalau ini (hewan-hewan kecil) hinggap ke ikan, ikannya cepat busuk,”jelas Mama Akbar, ditemui, Minggu (26/12/2021).

Alhasil hampir setiap detik ia mengusirnya dengan menggunakan kibas-kibas yang ia buat sendiri dibuat dari batang kayu dan di ujungnya diikat dengan tali rafia. Semua pedagang di tempatnya punya alat wajib itu.

“Kami pernah mendapat bantuan etalase tempat ikan asap dari Pemerintah Daerah (Pemda). Tapi kami tidak gunakan lagi karena ikan asapnya cepat busuk. Makannya lebih baik dijual begini (di tempat terbuka),”katanya.

Ikan-ikan asap itu adalah mata pencaharian utama Mama Akbar. Sehingga tak heran, ia menggantungkan hidup sepenuhnya pada dagangan itu menjual ikan asap dari matahari terbit hingga hampir terbenam ditemani ketiga anaknya.

“Ikan asap ini bukan milik saya. Saya hanya menjual,”katanya lagi.

Mama Akbar (40) dan jualannya ikan asap. Foto: intan

Dalam sehari, ia diberi hampir 50 tusuk ikan asap siap jual. Bayaran hasil berdagang lumayan. Jika seluruh ikan laku terjual, Mama Akbar akan diberi upah senilai Rp 100 ribu perhari. Jika masih tersisa, upah menjadi Rp 75 ribu per hari.

“Lumayan. Laku tidak laku. Saya tetap dibayar. Uangnya cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari. Yang paling penting buat jajan anak-anak,”ujarnya sambil tertawa.

Mama Akbar, mulai menjadi pedagang ikan asap di Desa Bahotobungku sekitar tahun 2013. Di masa itu, produksi ikan asap masih melimpah dan harganya masih rendah yakni Rp 15 ribu per dua potong. Kini harganya melambung. Satu potong dihargai Rp 20-35 ribu.

“Semakin hari peminatnya bertambah,”jelasnya.

Sedangkan jumlah ikan yang ditangkap tidak lagi sebanyak dulu. Nelayan tradisional setempat harus berlomba dengan kapal penangkap ikan yang lebih besar. Kendati demikian, warga tetap memproduksinya karena permintaan ikan asap selalu ada bahkan tidak pernah sepi.

Para pembeli yang lebih banyak berasal dari pekerja di perusahaan itu, biasanya memborong ikan asap milik Mama Akbar hingga Rp 1 juta untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh di kampung.

Mama Akbar senang. Industri yang hadir di Kabupaten Morowali juga memudahkannya mendapat keuntungan lebih banyak dari biasanya.

“Suami saya hanya bekerja serabutan. Berdagang ikan asap membantu penghasilan tambahan keluarga saya,”ucap dia.

Salah satu pedagang ikan asap lainnya, Hasna (26) menceritakan saat baru merintis usaha itu di tahun 2012, pedagang ikan asap di desanya tidak sebanyak saat ini.

“Dari tahun ke tahun jumlah pedagang semakin bertambah,”akunya.

Ikan asap yang dijajakannya bisa tahan hingga satu Minggu. Pembuatannya cukup mudah. Ikan cakalang dan tuna cukup dibersihkan, dibelah sesuai ukuran, dibersihkan lagi lalu segera ditaruh di pengasapan.

“Tapi sebelum pengasapan, pertama-pertama sabuk kelapa dibakar dulu sampai menjadi bara kemudian ikan secara tertahap ditaruh di pengasapan,”jelas Hasna.

Usaha itu diakuinya membuka lapangan pekerjaan. Sedangkan Hasna sendiri menjajakan ikan asap yang dibuat ibunya.

“Alhamdulilah. Dari hasil ikan asap ini saya dan kakak sampai berhasil mi kasian wisuda,”tutur Hasna sembari memperlihatkan emoji tertawa via WhatsAap (WA). ***

Hits: 180

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button