Sosial Politik

Pembangunan Jembatan Bungku Pesisir-Selatan Punya Multiplier Effect

PROLIFIK.ID – Calon Wakil Bupati pasangan nomor urut 4, Harsono Lamusa dalam podcast Halo Morowali bicara eksklusif tentang program pasangan tersebut untuk memajukan masyarakat di daerah kepulauan. Salah satu program yang mengundang banyak tanya adalah pembangunan jembatan Bungku-Pesisir.

Dijelaskan Harsono, pada dasarnya program pembangunan jembatan tersebut hadir karena pasangan itu ingin mengentaskan kemiskinan sebab dalam beberapa pertemuan, Ia menuturkan, kemiskinan paling tinggi di Kabupaten Morowali itu berada di wilayah kepulauan.

“Maka dari itu, pembangunan jembatan ini nantinya punya multiplier effect,”ujar Harsono.

Lalu, apa itu multiplier effect? Dikutip dari kemenkue.go.di, multiplier effeck atau efek berganda merupakan pengaruh yang meluas yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan ekonomi, dalam hal ini multiplier effect yang disebut Harsono pada pembangunan jembatan penghubung Bungku Pesisir dan Bungku Selatan dipercayai akan memiliki pengaruh yang luas.

“Konsep kami melepaskan kesulitan masyarakat pulau karena mereka bagian dari dari Kabupaten Morowali,”ujar Harsono.

Jembatan penghubung Bungku Pesisir dan Bungku Selatan rencananya menyatukan 13 desa yang terletak di dua kecamatan itu. Bila 13 desa telah menyatu dengan daratan, fasilitas umum bisa masuk dengan mudah di wilayah tersebut. Seperti, listrik. Dengan masuknya listrik akan mempermudah kegiatan perekonoman warga.

“Ketika listrik masuk, kami akan memprogramkan pembangunan pabrik es batu,”jelas Harsono.

Manfaat dari pembangunan pabrik es itu untuk membantu memenuhi kebutuhan es nelayan dan pedagang ikan di daerah tersebut. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan memprogramkan pembangunan pusat pelelangan ikan berpusat di Pulau Paku. Itu dilakukan untuk menjaga kestabilan Harga Eceran Tertinggi (HET) ikan di wilayah kepulauan.

“Kami ingin pemerintah hadir,”ucap Harsono.

Hal tersebut bukan tanpa alasan dilakukan, karena pihaknya mendapati, banyak nelayan di kepulauan menjual ikannya kepada pembeli di luar daerah dengan harga lebih murah dan ketika ikan tersebut dikirim ke wilayah lain harganya jauh lebih tinggi.

“Dengan dibangunnya pusat pelelangan ikan yang sama dengan Kota Kendari, Pemkab bisa intervensi untuk menetralisir harga ikan,”ucapnya lagi.

Selain itu, dengan dibangunnya pusat pelelangan ikan, pembeli yang rata-rata berasal dari Kecamatan Bahodopi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, akan membeli ikan di pulau. Hal itu akan diikuti oleh nelayan-nelayan dari pulau-pulau lainnya untuk memperdagangkan ikannya di pusat pelelangan ikan.

“Kami tidak akan memberikan bantuan kapal viber untuk warga di kepulauan, tapi kami akan berikan bantuan kapal pemancing ikan yang bisa diisi 15-20 orang,”jelas Harsono.

Dijelaskannya lagi, itu dilakukan, karena saat ini nelayan tradisional di daerah kepulauan harus diperhadapkan dengan kehadiran kapal nelayan modern yang rata-rata dari luar daerah. Kapal penangkap ikan modern itu datang mencuri ikan di wilayah para nelayan tradisional.

“Dengan bantuan kapal pemancing ikan bisa menghidupi 15-20 kepala keluarga bayangkan kalau kami berikan 10 bantuan kapal pemancing ikan,”tambah Harsono.

“Program kami peduli terhadap orang pulau. Dan kami punya konsep penyelesaian. Kami ingin membangun masyarakat secara manusiawi dan mengangkat kesetaraan,”ujarnya lagi.

Adapun bantuan berupa sembako di wilayah kepulauan bagi Harsono sangat baik, tetapi tidak bisa menuntaskan kemiskinan di daerah pulau. ***

Hits: 239

admin

Praktisi Teknologi Informasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button