Lumpur Lapindo Minggir! RI Punya ‘Harta Karun’ Nomor 1 Dunia
PROLIFIK.ID – Tidak bisa dimungkiri, Indonesia memiliki cadangan sumber daya mineral yang sangat melimpah. Salah satu yang terbesar di dunia adalah nikel sehingga menjadi ‘harta karun’ terbesar milik Indonesia.
Meski saat ini dari semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur sejak 2006 lalu, ditemukan cadangan mineral yang langka yakni logam tanah jarang (rare earth), namun belum sebanyak total cadangan nikel di tanah air.
Saat ini, LTJ yang juga dianggap sebagai harta karun Indonesia ini belum tergarap baik secara eksplorasi maupun eksploitasi. Sehingga belum ada data pasti berapa cadangan yang dimiliki secara total.
Namun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan cadangan nikel RI adalah yang paling besar se-dunia. Jumlahnya mencapai 72 juta ton Ni (Nikel).
“Jumlah ini merupakan 52% dari total cadangan nikel dunia mencapai 139.419.000 ton Ni, yang merupakan data olahan dari USGS Januari 2020 dan Badan Geologi 2019,”tulis booklet Kementerian ESDM 2020 bertajuk ‘Peluang Investasi Nikel Indonesia’ yang dikutip pada Minggu (30/1/2022).
Sementara untuk bijih nikel yang dimiliki Indonesia, mengutip sumber yang sama, mencapai 8,26 miliar ton dengan kadar 1%-2,5%, dan kadar kurang dari 1,7% sebesar 4,33 miliar ton, dan kadar lebih dari 1,7% sebesar 3,93 miliarNikel Adapun cadangan bijih nikel mencapai 3,65 miliar ton untuk kadar 1%-2,5%, di mana cadangan bijih nikel dengan kadar kurang dari 1,7% sebanyak 1,89 miliar ton dan bijih nikel dengan kadar di atas 1,7% sebesar 1,76 miliar ton.
Untuk diketahui komoditas nikel ini biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan baterai hingga baterai kendaraan listrik. RI sendiri sudah dilirik investor asing karena kekayaan sumber daya alam ini.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana menjelaskan pengolahan bijih nikel kadar rendah yang diubah menjadi nikel sulfat memiliki nilai tambah 11,4 kali. Kemudian, bila diproses lebih lanjut ke precursor, maka nilai tambahnya menjadi 19,4 kali.
Jika diproses lagi menjadi katoda, maka nilai tambahnya menjadi 37,5 kali dan saat diproses menjadi produk yang paling hilir berupa sel baterai, maka nilai tambahnya menjadi 67,7 kali.
Sementara bijih nikel kadar tinggi (saprolit), setelah diproses menjadi feronikel, maka nilai tambahnya menjadi 4,1 kali. Lalu jika diproses lagi menjadi nikel sulfat, maka nilai tambahnya menjadi 5,7 kali.
Selanjutnya, jika diproses menjadi prekursor, maka nilai tambahnya menjadi 9,6 kali, diproses lebih hilir lagi menjadi katoda nilai tambahnya menjadi 18,6 kali, dan terakhir saat menjadi produk cell (sel baterai), maka nilai tambahnya menjadi 33,6 kali. Sumber: cnbcindonesia.com
Hits: 9