Pelatihan Sajian Kuliner, Kolaborasi Membangun Wisata Sombori
Rata-rata desa di Morowali punya potensi. Hanya saja, persoalannya ada pada pendampingan yang kurang berkelanjutan
PROLIFIK.ID – Selama satu hari tim Bahokopi memberikan pelatihan kuliner kepada ibu-ibu yang berdiam di Desa Mbokita, Kecamatan Menui Kepulauan, Kabupaten Morowali, Sulteng.
Dalam pelatihan itu, tim mengajari warga setempat berbagai masakan dan makanan olahan yang ada di desa agar lebih menarik.
“Ide ini lahir saat pelaksanaan Sombori Tourism Festival (STF) 2021 di Desa Mbokita,”kata Koordinator Pelatihan Kuliner, Tony memulai perbincangan di Cefe Bahokopi miliknya, Minggu (27/12/2021).
Saat itu, Tony diminta sebagai juri dalam lomba kerajinan tangan pada festival tersebut. Selama enam hari di pulau membaur dengan alam dan masyarakatnya, ia merasakan sendiri, hidup di tengah pulau laut lepas di atas batu karang, tidak banyak pilihan makanan.
“Ada makanan, tapi seringnya kita makan mi instan ,”kenangnya.
Kenyataan itu, buat Tony gelisah. Dalam pikirannya terus muncul. Apa tidak ada makanan lain selain mi instan ini? Laut Sombori sangat kaya. Tapi, sedikit sekali makanan olahan yang bisa ia nikmati di lokasi wisata tersebut selama berdiam sebagai pengunjung hingga hampir seminggu lamanya.
Sedangkan menurutnya, lokasi wisata itu begitu indah. Namanya mulai dikenal hingga ke pelosok negeri dan mancanegara. Tapi, kesiapan warga masih jauh dari harapan.
“Sayang sekali kalau di lokasi ini tidak ada makanan yang menarik, padahal itu salah satu daya tarik para wisatawan,”pikirnya kala itu.
Tanpa pikir panjang, ia berinisiatif menyampaikan gagasannya ke Pemerintah Desa (Pemdes) Mbokita. Kepada Kepala Desa Mbokita, Jufri, Tony berjanji akan kembali ke wilayah itu untuk membuat pelatihan kuliner dan disambut baik Kades Mbokita.
“Jadi pelatihannya adalah tanggal 16 Desember kemarin. Saya mengutus tim sebanyak tiga orang, terdiri dari dua tukang masak senior dan satu orang barista. Di samping itu ada juga satu orang pemantau dari Dinas Pemdes,”tutur dia.
Adapun jadwal kegiatan pelatihan sajian kuliner, dimulai tanggal 15 Desember. Tim berangkat pagi dari Bahokopi, Desa Bahomotefe ke Molore, Sulawesi Tenggara. Kemudian belanja di pasar Molore dan dijemput Kepala Sekolah Dasar (SDN) Mbokita.
Sore saat tim sampai di tempat tujuan, dilanjutkan dengan mengatur tempat penginapan dan melaksanakan acara ramah-tamah dengan Kepala Desa.
“Tanggal 16, pelatihan memasak dimulai dan diatur oleh Kades, tanggal 17 rekreasi Pulau Kahyangan dan 18 rekreasi laguna-laguna sekitar rumah Nenek, Air Kiri dan Goal Berlian dan terakhir tanggal 19 kembali ke Molore dijemput travel,”tuturnya lagi.
Selain melatih kuliner, tim juga membantu warga yang memiliki usaha warung makan dan penginapan dengan cara memberikan spanduk untuk dipasang di depan warung. Tujuannya, agar lebih warna-warni, kesan daerah wisata. Untuk pemasangan spanduk, bahkan telah dimulai sebelum STF berlangsung.
“Di Desa Mbokita kendalanya, pasar hanya buka seminggu sekali. Dan tidak ada petani di desa itu. Sehingga warga sering kehabisan bahan untuk memasak,”terangnya.
Selain itu, tak satupun warga yang tahu aneka olahan makanan. Warga terbiasa menyajikan makanan seadanya. Seperti menyeduh mi instan.
Sulitnya akses memperoleh bahan makanan, membuat warga lebih tergantung pada penyedap masakan.
Selama pelatihan, warga diajarkan memasak lima jenis makanan. Seperti dadar gulung, martabak, ikan bakar, ikan woku, tempe rasa daging dan sayur capcay, tambah Yuliana Rumetor dari tim Bahokopi.
Ia melihat, di Desa Mbokita banyak ikan. Namun selama ini, ikan yang diolah hanya berupa ikan bakar, digoreng dan ikan garam. Tidak ada penyajian lainnya.
Maka, Yuliana mengajarkan warga memasak ikan woku. Makanan ini, makanan khas Sulawesi Utara, dikenal bercita rasa pedas dengan kaya rempah.
Yuliana juga mengajar warga memasak tempe rasa daging. Tujuannya, agar sajian tempe yang diberikan tidak itu-itu saja.
Selain dua kuliner itu, ia juga mengajar warga mengolah mi instan menjadi olahan makanan yang lebih menarik, seperti martabak. Sekaligus mengajar warga cara memasak ikan bakar dengan bumbu.
“Selama ini, warga hanya menyajikan ikan bakar begitu saja dan hanya ditemani cabe dan air garam untuk dabu-dabu. Warga juga terbiasa makan nasi dan gula merah,”cerita Yuliani.
Tidak lupa, tim Bahokopi juga melatih warga yang tertarik membuka warung kopi (warkop), dilatih menyeduh kopi dengan cara menyaring secara manual. Tujuannya agar ada warung kopi kekinian untuk melayani wisatawan.
“Kan enak kalau ada kopi yang bagus di tengah laut,”ucap Tony kembali.
Masih banyak pengetahuan kuliner yang ingin dibagi Tim Bahokopi, tetapi semuanya terkendala waktu.
Tony berencana untuk kembali mengadakan pelatihan lainnya agar warga bisa menguasai berbagai aneka jenis masakan untuk disajikan pada pengunjung wisata, juga pelatihan usaha suvenir dan lainnya.
Ia ingin berbagi kepada masyarakat daerah wisata sekaligus juga ingin mengajak teman-teman pengusaha untuk rekreasi, sekaligus melakukan upaya memberdayakan masyarakat di lokasi wisata.
“Ke depan mungkin masih akan ada pelatihan dan akan saya ajarkan cara mengolah bakso ikan,”ujar Yuliani.
Kades Mbokita, Jufri dihubungi via telepon mengaku sangat terbantukan dengan pelatihan yang tim Bahokopi buat. Apalagi tempat yang mereka diami, adalah lokasi tujuan wisata.
Sebelumnya, warga sekitar tidak pernah tahu cara membuat jenis-jenis olahan makanan seperti yang tersedia di kota. Dengan kegiatan itu, ibu-ibu di Desa Mbokita jadi lebih tahu, mendapat pengalaman dan pengetahuan untuk bisa diaplikasikan di warung-warung mereka.
“Saya sangat berterimakasih dan bersyukur dengan pelatihan itu,”ucap Jufri.
Pelatihan tersebut baginya, satu bentuk dukungan perhatian meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) warga setempat agar masyarakat tidak lagi mengharapkan orang dari luar untuk membuka warung. Sebaliknya, cukup memberdayakan warga sekitar.
“Kasihan masyarakat. Ini satu kebanggaan untuk saya. Paling tidak, warga siap menerima kedatangan wisatawan dengan sajian menu yang menarik,”tuturnya.
Sebagai Pemerintah Desa, dukungannya ada pada anggaran. Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebesar Rp 200 juta bantuan dari Bupati Morowali, rencananya akan dia manfaatkan untuk bantuan pengelolaan usaha masyarakat tersebut.
Masih Butuh Banyak Pendampingan
Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakat (TAPM) Kemendesa Kabupaten Morowali, Mustakim Dake yang turut mendampingi Tim Bahokopi – Bahomotefe melakukan pelatihan sajian kuliner, menganggap Desa Mbokita Kecamatan Menui Kepulauan sebagai daerah Destinasi Wisata masih perlu fokus pendampingan.
“Desa Mbokita yang punya potensi wisata harus diberikan banyak penguatan,”katanya memulai.
Sebab dari kacamata Mustakim Dake, selama ini banyak program yang turun ke desa akan tetapi terkesan selesai begitu saja. Banyak fasilitas yang dibangun akhirnya mubazir.
“Beberapa desa terdekat harus diberdayakan. Contoh, pengadaan sayur-mayur,”ujarnya.
Selama ini, sayur-mayur dibeli dari Desa Molore. Kawasan itu masuk Provinsi Sulawesi Tenggara. Mungkin, ke depan ia berharap, desa-desa tetangga, seperti Desa Tanjung Harapan, Desa Matano dan Tanjung Tiram yang memiliki daratan lebih luas, bisa diberdayakan menjadi pasar penyedia kebutuhan sayur-mayur, buah-buahan dan hasil ternak.
“Kenapa tidak? Wilayah itu punya potensi besar, tapi belum dioptimalkan dengan baik,”akunya.
Di mata Mustakim, ada beberapa program dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang belum berjalan sesuai yang diharapkan masyarakat, dalam rangka pengembangan wisata Sombori karena masih butuh pembenahan dan pengembangan.
Misalnya, Dinas Pertanian baiknya menyiapkan kawasan hortikultura dan peternakan, Dinas Perikanan perannya budidaya ikan dikerambah, kepiting, udang lobster dan pelatihan budidaya, Dinas Pariwisata menyiapkan kapal wisata penyeberangan, pemandu wisata dan peta wisata.
Rata-rata desa di Morowali punya potensi kawasan wisata. Hanya saja, persoalannya ada pada pendampingan yang kurang berkelanjutan.***
Hits: 40