Bisnis dan Teknologi

Melihat Proses Pembuatan Rangginang, Cemilan Khas Morowali

"Rahasia dari gurihnya rangginang Morowali ada pada beras ketan dan gula merah pulut,"ujar Hamsia

PROLIFIK.ID – Setiap daerah pasti punya ciri khas kuliner. Tidak terkecuali dengan Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Di wilayah itu, punya banyak jenis aneka kuliner khas yang bisa menjadi cemilan sehari-hari. Baik untuk hadiah atau oleh-oleh yang bisa dibawa pulang ke kampung halaman. Cemilan itu namanya ranggina.

Di daerah asalnya Jawa Barat, masyarakatnya lebih banyak mengenalnya dengan sebutan Rangginang. Jenis rangginangnya pun bermacam-macam. Ada yang dicampur dengan terasi, udang atau kerang lorjuk (kerang bambu).

Bentuknya pun pada umumnya bulat dan tebal. Rasanya juga beragam, ada manis dan asin.

Sedangkan di Morowali, rangginang terbuat dari beras ketan dicampur dengan gula merah dan kacang tanah.

Rangginang Morowali mulai populer akhir-akhir ini. Penikmat cemilan itu mulai tersebar di seluruh Indonesia.

Prolifik.id, sengaja mendatangi langsung rumah produksi rangginang. Bagaimana pembuatannya, yuk simak!

Salah satu wilayah yang dikenal sebagai tempat produksi rangginang yakni Desa Lanona, Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah.

Proses penjemuran beras ketan bahan pembuatan Rangginang Morowali. Foto: intan

Ada beberapa rumah usaha berdiri di wilayah itu. Letak rumah produksinya pun tepat berhadapan dengan Jalan Trans Sulawesi. Sehingga tidak sulit untuk mencarinya.

Di samping Jalan Trans Desa Lanona itu, berdiri toko-toko kecil milik para pedagang rangginang. Salah satunya milik Ibu Samsia (48).

Saat ditemui, Selasa (21/12/2022). Ia dan kedua anaknya tengah sibuk mengeringkan nasi di sebuah penjemuran yang sengaja dibuat dari kawat kain kasa nyamuk. Dari penuturannya, ia telah memulai usaha tersebut sejak tahun 2013.

Proses pembuatannya sangat mudah, dimulai dari mencuci beras ketan sampai bersih, setelah itu dimasak di dandang. Setelah masak, nasi yang masih hangat ditaruh di tempat penjemuran kawat kain kasa nyamuk agar nasinya kering sempurna.

Agar hasilnya lebih baik, nasi dipisah-pisahkan supaya tidak saling lengket. Proses penjemuran dilakukan hingga nasi menjadi keras dan siap digoreng.

“Dalam sekali buat, saya membutuhkan 17 kilo beras ketan. Tetapi kalau sudah dijemur dan digoreng biasanya menyusut,”jelas Hamsia.

Proses penggorengan biasanya memakan waktu hingga 2 jam dari 17 kilogram tersebut.

Usai seluruh beras ketan digoreng. Giliran kacang tanah disangrai. Usai disangrai, dipisahkan dari kulit ari-arinya kemudian dicampurkan dengan nasi yang telah digoreng tadi.

Proses pengadukan nasi ketan, kacang tanah dan gula merah pulut. Foto: dok hamsia

Setelah itu, giliran mengolah gula merah pulutnya. Didihkan air, taruh gula merah di dalamnya. Aduk hingga mencair, lalu disaring dan dimasak di dalam wajan hingga mengental.

Kemudian, cairan gula merah tadi dicampurkan dalam wajan yang telah berisi nasi ketan dan kacang tanah. Lalu diaduk-aduk hingga seluruhnya bercampur menjadi satu.

Munurut Hamsia, gula merah untuk pembuatan Rangginang, bukan gula merah biasa. Melainkan harus gula merah pulut.

Proses pembuatan rangginang hampir selesai. Kini masuk di tahap pencetakan. Rangginang yang sudah tercampur tadi di taruh di atas pencetakan khusus. Diratakan, dicetak, lalu dibiarkan beberapa menit supaya struktur rangginang mulai mengeras.

Rangginang yang sudah dicetak tadi dikeluarkan satu-persatu dalam cetakan untuk kemudian dibungkus dengan plastik bening.

Dalam sekali buat, ia mampu menghasilkan 189 bungkus rangginang. Satu buah rangginang dihargai Rp 12 ribu.

“Rahasia dari gurihnya rangginang Morowali ada pada beras ketan dan gula merah pulut,”ujar Hamsia.

Resep rangginang dengan dua bahan itu sudah ada sejak turun-temurun. Beras ketan akan membuat rasa kerupuk rangginang lebih lembut ketika digigit. Begitu juga gula merah pulut membuat rasa beras ketannya makin lembut.

Usaha milik Hamsia kelihatan berjalan lancar. Faktanya, ia banyak mengalami pasang surut. Mulai dari harga beras ketan, minyak goreng, gula merah dan kacang tanah yang terus melambung dan sulitnya memperoleh gula merah pulut. Hingga dampak pandemi yang hampir membuat dirinya menangis karena berkurangnya pembeli.

“Beruntung, sekarang berjalan normal. Saya menggantungkan hidup sepenuhnya pada usaha ini,”tutup pemilik rumah produksi rangginang veny ini. ***

Hits: 1322

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button