Opini

Metode ATM untuk UKM Hebat

Perkembangan dunia bisnis semakin hari kian cepat perubahannya. Untuk pelaku usaha, tantangan yang dihadapi juga kian banyak. Salah satunya, penurunan pendapatan yang diakibatkan kian maraknya metode pemasaran baru.

Beberapa dinamika yang terjadi itu diakibatkan oleh pola pikir masyarakat yang masih tersandera dengan kata instan. Padahal hal itu bisa berdampak buruk dan menjadi kemunduran perekonomian di lingkungan masyarakat.

Sektor-sektor relevan yang justru bisnisnya membaik. Sebut saja perdagangan online atau e-commerce, sampai Fast Moving Consumer Goods (FMGC) seperti obat-obatan, barang elektronik, produk makanan dan minuman kemasan. Produk FMCG yang sebelumnya tampil secara offline, kini harus beralih distribusi daring.

Beberapa produk mulai beradaptasi dengan penjualan via e-commerce, yang ternyata lonjakannya signifikan. Di sisi lain, di tengah berkecamuknya kehidupan masyarakat karena merebaknya gaya hidup siap saji, membuat setiap orang hidup dalam ketidakpastian (uncertainty) global.

Oleh karena itu, kita harus memiliki kemampuan untuk berinovasi dengan menciptakan ide bisnis yang sesuai dengan kondisi saat ini. Banyak orang belum mampu melihat peluang-peluang yang ada untuk berwirausaha karena belum adanya pengalaman atau takut untuk terjun ke dunia bisnis. Padahal banyak cara untuk menjalankan usaha.

Salah satu pengusaha sukses Indonesia Sandiaga Uno pernah berkata: “Whenever There is Danger, There is Opportunity” yang artinya “Di setiap ada bahaya di situ ada peluang”.

Di mana peluang usaha yang bermunculan itu dapat dimaksimalkan masyarakat dengan menggunakan metode ATM (Amati Tiru Modifikasi). Metode ini bertujuan untuk memberikan peluang bagi bisnis agar senantiasa menciptakan produk atau strategi yang segar, kreatif, unik dan berdaya saing.

Metode ini terdiri dari tiga tahapan, yakni proses mengamati (pesaing, media massa, atau apa saja), proses meniru, lalu proses memodifikasi.

1. Metode ini berangkat dari kenyataan bahwa tidak ada lagi ide yang benar-benar 100% asli. Semuanya adalah olahan dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

2. Walaupun mulanya populer di dunia bisnis dan kreatif, metode ini juga merambah ke banyak hal lain seperti penelitian, kepenulisan, dll.

Perbedaan metode ATM ini dengan plagiarisme adalah adanya modifikasi atau inovasi, sehingga bukan merupakan tindakan ilegal karena didasari hasil kreativitas. Di mana fungsinya, mengubah objek yang hendak ditiru menjadi sesuatu yang lebih unik dan tentunya tidak melanggar hukum dan kode etik kewirausahaan.

Contoh, Usaha Keripik. Cemilan ini memiliki permintaan yang cukup tinggi karena selain gurih dan nikmat, proses pengolahannya tidak serumit dengan usaha-usaha lain. Bahan-bahannya pun simple. Sehingga, untuk menciptakan ide usaha keripik pisang yang lebih kekinian, diperlukan cara yang lebih kreatif dengan menerapkan metode ATM. Cukup mempermantap peluang dan niat serta dukungan dari pemerintah setempat.

Menurut catatan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), jumlah pengusaha di Indonesia meningkat dari yang sebelumnya hanya sebesar 1,67% menjadi 3,10% dari total jumlah pendudukan Indonesia yang saat ini sebanyak 225 juta jiwa.

Seperti yang diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga. “‎Rasio wirausaha kita berdasarkan data BPS, jumlah wirausaha BPS meningkat 3,10 persen‎. Sebelumnya 1,67 persen dari 225 juta penduduk.”

Melihat kondisi rasio tersebut menjadi kebanggaan untuk negara kita sendiri. Akan tetapi kekurangan masih tetap ada dan belum memuaskan sebab jumlah pengusaha atau wirausaha di Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga.

“Pengusaha di Malaysia yang jumlahnya sebesar 6% dari total penduduknya. Rasio wirausaha di bawah negara te‎tangga kita. Singapura 7 persen, Malaysia 6 persen, Thailand 5 persen,”kata Puspayoga.

Begitu banyak pelaku usaha yang berhasil menjadi inspirasi masyarakat agar dapat memulai dan mengembangkan usahanya demi kemajuan dan kebutuhan masyarakat, sehingga dapat mengurangi angka pengangguran, kejahatan serta mampu meningkatkan jumlah pengusaha yang ada di Indonesia sehingga ketertinggalan itu bisa dikejar.***

Penulis: Ilham, Pengajar SDN 1 Bahodopi

Hits: 164

admin

Praktisi Teknologi Informasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button