Libu Sulteng Bereaksi Soal Puluhan Santriwati Jadi Korban Pencabulan di Morowali
PROLIFIK.ID – Lingkar Belajar Untuk (Libu) Perempuan Sulawesi Tengah (Sulteng) bereaksi terhadap kasus dugaan puluhan santriwati di bawah umur yang menjadi korban pencabulan di Kabupaten Morowali.
Diketahui, sekitar 20 santri putri berusia 10 tahun diduga jadi korban pencabulan yang dilakukan oleh guru mengajinya sendiri sejak lama di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulteng.
“Pihak berwajib harus secepatnya menangani kasus ini sesuai aturan yang berlaku,”kata Direktur Eksekutif Libu Perempuan Sulteng, Dewi Rana Amir saat dihubungi media ini, Sabtu (2/9/2023).
Menurut Dewi, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMDP3A) Kabupaten Morowali juga harus memastikan anak anak tersebut dalam perlindungan.
Misalnya, memfasilitasi rumah yang aman untuk berlindung dan penyediaan psikolog. Selanjutnya berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk memastikan kasus dugaan pencabulan yang menimpa puluhan anak di bawah umur ini ditangani secara cepat.
Selain itu, harus memastikan anak- anak tersebut terhindar dari stigma dan bulliying dari pihak yang tidak memahami aturan terkait perlindungan anak.
“Anak korban harus didengar suaranya dan mendapatkan pendampingan dari orang tuanya atau lembaga pengada layanan sebagaimana aturan dalam Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS),”ujarnya.
Saat ini, kata Dewi, pihaknya juga sedang menangani kasus serupa yang terjadi di Kabupaten Sigi. Terduga pelaku juga merupakan seorang oknum guru mengaji.
Sebelumnya diberitakan, sekitar 20 santri putri usia 10 tahun diduga jadi korban pencabulan yang dilakukan oleh oknum guru mengajinya sendiri. Kejadian tersebut sudah berlangsung sejak lama.
“Dia melakukan itu sejak saya masih kelas 2 SD dan kelas 4 SD saya berhenti mengaji,”kata salah satu santri putri yang tergolong anak di bawah umur.
Korban mengakui, saat oknum guru mengaji berada di sekitar para santri putri tersebut, mereka pasti merasa tidak betah. Sebab guru mengaji mereka kerap memeluk dari belakang, lantas memeras payudara anak-anak tersebut sembari membuka baju mereka dan memasukkan tangannya ke dalam baju korban.
Anak-anak itu mengaku pernah berteriak karena merasa tidak nyaman. Namun, oknum guru mengaji tersebut berkilah.”Tidak apa-apa ji,”kata seorang memperagakan gaya bicara pelaku.
Kejadian itu baru terungkap saat salah seorang santri putri menolak pergi mengaji. Sehingga, ibunya memaksanya mengaku hingga membuat korban membeberkan apa yang ia alami selama ini saat berada bersama oknum guru mengaji tersebut. ***
Hits: 174