Sains

Ilmuan Temukan Virus RNA di Lautan Seluruh Dunia, Kok Bisa?

PROLIFIK.ID – Para ilmuwan menemukan adanya ribuan virus misterius yang bersembunyi di lautan di seluruh dunia, yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap ekosistem.

Berdasarkan penelitian terbaru yang diterbitkan di Jurnal Science pada 9 Juni lalu, menunjukkan sebagian dari virus ini memprogram ulang inang yang terinfeksi.

Studi berfokus pada virus yang mengandung RNA. Beberapa virus RNA menyebabkan penyakit pada manusia, seperti virus corona dan virus influenza.

Tapi, para ilmuwan baru mempelajari mengenai virus RNA di lautan yang telah ditemukan dan inang yang dapat terinfeksi.

“Berdasarkan studi, kami tentu yakin bahwa sebagian besar virus RNA di lautan menginfeksi eukariota mikroba, juga jamur dan protista, serta pada tingkat lebih rendah, invertebrata,” ujar rekan penulis pertama Guillermo Dominguez-Huerta, yang merupakan postdoctoral sarjana ekologi virus di Ohio State University (OSU) seperti dikutip dari Live Science, Sabtu (11/6/2022).

Sebagai informasi, eukariota merupakan organisme sel kompleks yang menyimpan materi genetiknya di dalam nukleus.

Inang virus ini – yaitu jamur dan protista termasuk mencakup ganggang dan amuba, yang menarik karbon dioksida dari atmosfer. Sehingga, keberadaannya memengaruhi banyaknya karbon yang disimpan di laut.

Menurut peneliti utama dari Kelompok Penelitian Ekologi Mikroba Akuatik di Universitas Tennessee Knoxville Steven Wilhelm, dengan menginfeksi organisme ini, kemungkinan virus RNA mempengaruhi cara karbon mengalir melalui lautan secara luas.

Virus RNA

Awal tahun ini, Dominguez-Huerta dan timnya melaporkan telah menemukan lebih dari 5.500 virus RNA yang sebelumnya tidak teridentifikasi di lautan dunia.

Untuk penelitian tersebut, yang telah diterbitkan pada 7 April 2022 di jurnal Science, tim menganalisis 35.000 sampel air yang telah dikumpulkan dari 121 lokasi di lima lautan oleh Tara Oceans Consortium, sebuah studi global yang sedang berlangsung, yang meneliti dampak perubahan iklim di lautan.

Sampel air tersebut penuh dengan plankton, organisme kecil yang hanyut dalam arus dan sering menjadi inang bagi virus RNA. Untuk menemukan virus di dalam plankton ini, dilakukan penyaringan semua RNA dalam sel plankton. 

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan menemukan potongan kode genetik tertentu, yang disebut gen RdRp. Tapi, gen RdRp tidak ada pada sel dan jenis virus lainnya.

“Itu satu-satunya urutan pengkodean yang umum di semua virus RNA,” kata Dominguez-Huerta, yang saat ini bekerja sebagai konsultan ilmiah di sebuah perusahaan bernama Virosphaera.

Pada akhirnya, tim menemukan begitu banyak virus RNA yang tersimpan di plankton, sehingga mengusulkan penggandaan jumlah filum virus RNA.

Lebih lanjut, para peneliti berkeinginan untuk memahami pendistribusian virus ini di seluruh dunia dan target inangnya.

Para ilmuwan menentukan, komunitas virus dapat diurutkan menjadi empat zona utama yaitu Arktik, Antartika, Beriklim dan Epipelagik Tropis yang berarti dekat dengan permukaan laut, serta Mesopelagik Beriklim dan Tropis, yang artinya sekitar 200-1.000 meter di bawah air.

Menariknya, variasi virus tampaknya paling tinggi di zona kutub, meskipun ada lebih banyak variasi inang yang menginfeksi di perairan yang lebih hangat.

“Dalam hal keragaman, virus tidak terlalu peduli dengan seberapa dingin airnya,” papar rekan penulis Ahmed Zayed, seorang ilmuwan peneliti di Departemen Mikrobiologi di OSU.

Temuan ini mengisyaratkan bahwa di dekat kutub, banyak virus yang kemungkinan bersaing untuk inang yang sama.

Dalam hal mengidentifikasi inang virus, dilakukan beberapa strategi, salah satunya melibatkan perbandingan genom virus RNA dengan inang yang diketahui terhadap virus yang baru ditemukan.

Metode lainnya melibatkan perburuan potongan RNA virus yang langka dalam genom sel inang, di mana potongan RNA terkadang tertinggal.

Analisis ini mengungkapkan, banyak virus RNA di lautan menginfeksi jamur dan protista, beberapa menginfeksi invertebrata dan sebagian kecil menginfeksi bakteri.

Secara tak terduga, tim menemukan sebanyak 95 virus membawa gen yang dicuri dari sel inangnya. Di inang, gen ini membantu mengarahkan proses metabolisme di dalam sel.

Penemuan ini menunjukkan, virus dapat mengacaukan metabolisme inangnya dalam beberapa cara, yang kemungkinan untuk memaksimalkan produksi partikel virus baru. Beberapa penelitian skala kecil telah mengisyaratkan kemampuan menggeser gen ini di masa lalu.

Setelah mengidentifikasi host yang kemungkinan besar menginfeksi virus laut, tim menentukan sekitar 1.200 virus mungkin terlibat dalam ekspor karbon, proses karbon diekstraksi dari atmosfer, dimasukkan ke dalam organisme laut yang kemudian dibuang ke laut dalam, karena organisme tersebut tenggelam ke dasar laut setelah mati.

Semakin dalam simpanan karbon ini tenggelam, semakin lama pula kecenderungan tetap tersimpan di laut sebelum didaur ulang ke atmosfer. Untuk alasan ini, ekspor karbon menjadi faktor penting yang dimasukkan dalam model perubahan iklim.

Studi baru menuliskan bahwa infeksi organisme laut oleh virus RNA mungkin menjadi faktor lain yang sebelumnya tidak diketahui, yang mendorong fluks karbon di lautan, di mana virus mengubah aktivitas seluler inang yang mereka infeksi.

“Virus RNA juga dapat mendorong fluks karbon dengan membelah inangnya terbuka dan menumpahkan karbon yang diasingkan ke laut, karena virus sering keluar dari inangnya setelah bereplikasi dengan cepat di dalamnya,” pungkas Wilhelm. ***

Sumber: kompas.com

Hits: 12

admin

Praktisi Teknologi Informasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button